Algoritma Biru; Cinta yang Diprediksi, Luka Dinikmati

Dipublikasikan pada: 01 Jun 2025 - 00:45:06 wib
Dibaca: 157 kali
Di balik layar kaca, bias cahaya biru merayu,
Algoritma berbisik, ramalan cinta membayangiku.
Jari menari di atas tuts, mencari wajah yang terpatri,
Dalam labirin data, cinta yang diprediksi.

Profil demi profil, terangkai sempurna,
Hobi, impian, masa lalu, semua terbuka.
Sebuah formula rumit, menghitung peluang bertemu,
Menciptakan ilusi, bahwa kau ditakdirkan untukku.

Senyummu terpancar dari piksel-piksel yang berbaris,
Kata-katamu tersusun rapi, menghindari garis-garis
Kesalahan logika, kegagalan koneksi, atau penolakan.
Cinta yang dianalisis, dibangun di atas harapan.

Pertemuan maya, obrolan tanpa batas waktu,
Emotikon bertebaran, menggantikan sentuhan kalbu.
Kita berbagi cerita, rahasia, dan ketakutan,
Terjebak dalam kotak, cinta tanpa kepastian.

Namun, ada yang hilang, sentuhan nyata yang mendalam,
Aroma tubuh, tatapan mata, yang tak bisa kuramalkan.
Algoritma hanya tahu, kecocokan data dan minat,
Bukan gejolak jiwa, atau debar jantung yang bergegas.

Ketika dunia nyata memanggil, dan layar meredup perlahan,
Aku terhempas ke bumi, menyadari kekeliruan.
Kau hanyalah proyeksi, idealisasi yang kurancang sendiri,
Cinta yang diprediksi, ternyata tak seindah mimpi.

Dan luka pun hadir, bukan karena kau berbohong,
Namun karena aku terlalu percaya, pada bisikan algoritma yang kosong.
Sakitnya menyengat, seperti kode yang error,
Meninggalkan pesan peringatan, tentang cinta dan teror.

Kini, aku menikmati luka ini, dengan pahit dan perih,
Sebagai pelajaran berharga, tentang cinta yang hakiki.
Bahwa cinta sejati, tak bisa diprediksi atau diatur,
Ia tumbuh liar, penuh kejutan, dan tak terukur.

Aku belajar menerima, ketidaksempurnaan dan perbedaan,
Mencintai tanpa syarat, tanpa formula atau perhitungan.
Karena cinta yang sebenarnya, ada di luar sana,
Menanti untuk ditemukan, bukan diciptakan oleh data.

Biarlah algoritma biru, terus berputar dan mencari,
Aku akan mencari cinta, di antara bintang-bintang di langit.
Cinta yang alami, yang lahir dari hati yang jujur,
Bukan cinta yang diprediksi, tapi cinta yang bersyukur.

Dan jika kelak aku terluka lagi, aku akan menerimanya,
Karena luka adalah bagian dari perjalanan cinta yang berharga.
Luka adalah guru, yang mengajarkan kita tentang arti sejati,
Dari cinta yang tulus, tanpa algoritma yang membisiki.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI