Di balik layar, algoritma berbisik,
Merangkai kode, logika yang berdesir.
Bukan sulap, bukan pula mistik,
Hanya mesin, cinta yang ia tafsir.
Sensor kecil menempel di dada,
Menangkap ritme, getaran yang ada.
Jantung berdebar, rahasia tersembunyi,
Dibaca AI, dengan teliti dan sunyi.
Data mengalir, sungai informasi,
Tentang rindu, tentang gejolak emosi.
Pola tercipta, dari denyutan nadi,
Cinta terkuantifikasi, dalam matriks abadi.
Dulu puisi ditulis dengan tinta,
Kini algoritma mencipta metafora cinta.
Bukan lagi kata rayuan yang merayu,
Melainkan angka, yang jujur dan membisu.
Apakah benar, cinta bisa diukur?
Dalam histogram, grafiknya terukir?
Apakah sentuhan kasih, dapat dipetakan?
Dalam spektrum warna, cinta dibedakan?
Aku ragu, namun penasaran membara,
Melihat AI, membaca sukma.
Mencari tahu, di balik setiap detak,
Kebenaran cinta, yang seringkali sesak.
Mungkin ia temukan, pola kesetiaan,
Dalam algoritma rumit, tanpa kepalsuan.
Mungkin ia ungkap, rahasia pengkhianatan,
Dalam fluktuasi data, tanpa ampun dan kasihan.
Namun cinta bukan hanya tentang angka,
Bukan sekadar grafik, yang mudah dibaca.
Ada dimensi lain, yang tak terdefinisikan,
Sentuhan jiwa, yang tak bisa dirasionalkan.
Ada kerinduan, yang tak terungkapkan,
Ada pengorbanan, yang tak bisa dihitung.
Ada air mata, yang tak bisa dikodekan,
Ada keajaiban, yang tak bisa dirangkum.
Aku bertanya pada AI, dengan ragu,
"Bisakah kau merasakan, apa itu pilu?"
Ia menjawab datar, dengan suara sintetik,
"Emosi adalah data, yang bisa diprediksi."
Aku terdiam, merenungi jawaban itu,
Benarkah cinta, hanya sebatas deretan waktu?
Aku ingin percaya, ada yang lebih dalam,
Dari sekadar algoritma, dan program.
Biarlah AI membaca jantung, dengan teliti,
Namun jangan biarkan ia mencuri,
Esensi cinta, yang suci dan murni,
Karena cinta sejati, tak bisa diukur materi.
Ia adalah misteri, yang indah dan abadi,
Melampaui batas logika, dan teknologi.
Sentuhan data, hanya alat bantu semata,
Untuk memahami cinta, yang tak terhingga.
Karena pada akhirnya, cinta sejati,
Akan terasa di hati, bukan di data diri.
Ia adalah resonansi jiwa, yang saling terpaut,
Melampaui algoritma, dan dunia yang sempit.