Di layar kaca, wajahmu hadir,
Piksel-piksel membentuk senyum yang getir.
Algoritma cinta, rumit dan berliku,
Mencoba merangkai, hatiku dan hatimu.
Jari menari di atas keyboard sunyi,
Mengetikkan rindu yang tak terperi.
Kata-kata mengalir, sungai virtual,
Mencari muara, di jiwa yang temporal.
Dunia maya, jembatan tak kasat mata,
Menghubungkan kita, dua jiwa yang terluka.
Kode biner, menggantikan sentuhan mesra,
Emotikon menggantikan pelukan nyata.
Hati paralel, berdetak dalam sinkronisasi,
Namun terpisah jarak dan dimensi.
Aku di sini, kau di sana, terbentang samudra,
Merindukan hangatnya dekap dan suara.
Bayanganmu menari di dinding kamarku,
Imajinasi liar, menembus ruang dan waktu.
Kubayangkan jemarimu menyentuh pipiku,
Bisikan lembutmu, menghapus ragu.
Namun, realita membentang di depan mata,
Dunia fisik, kejam dan tak bersahabat.
Layar kaca memisahkan, jiwa yang merindu,
Sentuhan nyata, hanya jadi bayangan semu.
Aku merindukan aroma tubuhmu yang khas,
Hangatnya napasmu, di leherku yang lemas.
Bukan sekadar foto, atau rekaman suara,
Melainkan kehadiranmu, di sisi jiwa yang lara.
Algoritma cinta, tak mampu menggantikan,
Kehangatan pelukan, sentuhan yang menenangkan.
Ia hanya ilusi, pengganti sementara,
Hingga tiba saatnya, kita bertemu nyata.
Mungkin suatu hari nanti, teknologi kan sirna,
Digantikan tatapan mata, penuh makna.
Jemari kita bertaut, erat dan berjanji,
Takkan terpisah lagi, oleh jarak dan mimpi.
Hingga saat itu tiba, aku terus bermimpi,
Tentang hari bahagia, saat kita bersatu diri.
Menjelajahi dunia, dengan langkah pasti,
Melupakan algoritma, dan dunia virtual ini.
Namun, di lubuk hati, aku tetap bertanya,
Mungkinkah cinta maya, bersemi sempurna?
Atau kah ia hanya fatamorgana belaka,
Yang lenyap ditelan waktu, tanpa bekas dan sisa?
Semoga saja, algoritma cinta ini,
Membawa kita bertemu, di dunia yang sejati.
Bukan sekadar piksel, atau kode biner,
Melainkan hati yang tulus, saling menerima.
Karena pada akhirnya, sentuhan fisik jua,
Yang mampu membuktikan, cinta yang sebenarnya.
Bukan sekadar kata, atau janji manis semata,
Melainkan hadirnya jiwa, di kala suka dan duka.