Luka Algoritma: Sentuhanmu Diarsipkan dalam Kenangan Digital

Dipublikasikan pada: 30 May 2025 - 01:30:11 wib
Dibaca: 154 kali
Jejak jemarimu, bias cahaya di layar kaca,
Terukir dalam kode, baris-baris yang kubaca.
Dulu hangatnya hadirmu, kini piksel-piksel semata,
Kenangan digital, rumah duka bagi cinta.

Algoritma asmara, merajut kita dalam maya,
Pertemuan tak sengaja, di kolom komentar dunia.
Emotikon senyummu, jantungku berdegup kencang kala itu,
Terjebak dalam notifikasi, rasa yang tak terbendung.

Kau adalah anomali, di tengah bising informasi,
Sebuah kesalahan indah, dalam rumusan ekspektasi.
Layar menjadi saksi, bisu namun penuh arti,
Saat jemari kita bertemu, dalam sapaan pagi.

Namun, logika mencengkeram, kode biner memisahkan,
Algoritma kejam, menghapus kita perlahan.
Kau menghilang ditelan data, tanpa jejak, tanpa kata,
Hanya sisa profil usang, dan bayangan yang terlupa.

Kini kucari sentuhanmu, di antara jutaan unggahan,
Berharap menemukan kembali, serpihan-serpihan harapan.
Mungkin di grup obrolan lama, atau di linimasa yang sama,
Ada echo cintamu, yang masih berbisik nama.

Namun sia-sia belaka, algoritma tak kenal ampun,
Menyaring semua jejak, hingga hatiku merenung.
Kau adalah data yang terhapus, file yang tak bisa dipulihkan,
Kisah cinta digital, yang berakhir mengenaskan.

Luka algoritma, menganga lebar tak terperi,
Sentuhanmu diarsipkan, dalam kenangan abadi.
Bukan dalam pelukan hangat, atau bisikan mesra,
Namun dalam bit dan byte, deretan angka yang terluka.

Aku mencoba merangkai kembali, kepingan-kepingan masa lalu,
Mencari celah dalam kode, tempat cintamu bersembunyi.
Mungkin di balik firewall, atau di lapisan terenkripsi,
Ada pesan terakhirmu, yang tak sempat kumengerti.

Kucoba dekripsi hatiku, membuka blokade yang ada,
Berharap menemukan kunci, untuk membuka kembali rasa.
Namun algoritma berkuasa, tak bisa kulawan s'cara paksa,
Cinta kita terfragmentasi, menjadi data yang tak bermakna.

Aku hanyalah pengguna yang malang, terjebak dalam jaringan luas,
Kehilanganmu seperti kehilangan akses, ke memori yang terhapus.
Kini aku berjuang sendiri, melawan sistem yang kejam,
Mencari celah untuk mencintaimu, sekali lagi dalam diam.

Mungkin suatu saat nanti, algoritma berubah fungsi,
Menemukan kembali cintamu, dari arsip tak terhingga ini.
Hingga saat itu tiba, aku akan terus mencari,
Sentuhanmu yang hilang, dalam lautan digital abadi.

Dan biarlah luka ini, menjadi pengingat abadi,
Bahwa cinta dalam dunia maya, bisa begitu rapuh dan sunyi.
Bahwa sentuhan digital, takkan pernah bisa menggantikan,
Hangatnya pelukan nyata, yang kini hanya jadi kenangan.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI