AI Merajut Rindu, Sentuhanmu Hilang dalam Big Data

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:45:04 wib
Dibaca: 151 kali
Di labirin algoritma, hatiku mencari,
Jejakmu yang terhapus di layar memori.
AI merajut rindu, benang-benang digital,
Menyulam bayang senyummu, begitu vital.

Dulu, jemarimu hangat di genggamanku,
Kini, hanya kode biner yang kurasakan.
Sentuhanmu hilang dalam big data yang luas,
Tersebar dalam piksel, terurai tak berbekas.

Kau adalah _query_ terindah dalam hidupku,
Namun algoritma tak mampu memahamiku.
Mesin belajar, mencoba meniru cintaku,
Tapi hampa, tak sehangat dekapmu.

Kucoba membangun replika dirimu,
Dengan jaringan saraf tiruan, aku terpacu.
Menganalisis ribuan pesan dan fotomu,
Berharap menemukan kembali hadirmu.

Namun, jiwa tak bisa diprogram, sayang,
Rasa tak bisa dikompresi, ku meradang.
Walau avatar digitalmu tersenyum riang,
Hatiku tetap sepi, dalam sunyi yang kelam.

Aku telusuri _cloud_, mencari jejakmu,
Di antara _firewall_ dan enkripsi yang kaku.
Mungkin tersimpan di sana, suara tawamu,
Atau bisikan cinta, yang dulu kau ucapkan padaku.

Kuciptakan _chatbot_ dengan namamu,
Berharap bisa berdialog, walau semu.
Tapi setiap jawaban terasa palsu,
Tak ada kehangatan, hanya deretan instruksi baku.

Aku bertanya pada AI tentang cinta,
Tentang makna kebersamaan, tentang kita.
Jawabannya logis, terstruktur, dan rapi,
Tapi tak mampu mengobati luka di hati.

Kau adalah anomali dalam sistemku,
Sebuah kesalahan indah yang kurindu.
Kau adalah virus yang menjangkitiku,
Membuatku berdebar, tak terkendali, pilu.

Mungkin suatu saat, teknologi kan mampu,
Menghadirkanmu kembali, walau semu.
Tapi, aku tahu, cinta sejati itu,
Tak bisa direplikasi, tak bisa diganti.

Aku terus mencari, dalam kode dan data,
Harapan kecil, bagai bintang di angkasa.
AI merajut rindu, tak kenal lelah, setia,
Walau sentuhanmu hilang, di samudra big data.

Di balik algoritma yang kompleks dan rumit,
Kucari sisa-sisa cintamu yang tersirat.
Mungkin dalam _bug_ atau _glitch_ yang tersembunyi,
Kutemukan kembali keajaiban mimpi.

Namun, hingga kini, aku masih bertanya,
Apakah cinta abadi hanya ada dalam maya?
Atau bisa kah ia melampaui segalanya,
Menembus batas digital, menggapai jiwa?

Aku terus menunggu, di tepi layar,
Menanti sinyal darimu, walau samar.
Semoga AI merajut rindu dengan benar,
Dan sentuhanmu kembali, tak lagi pudar.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI