Jantungku berdetak algoritma cinta,
Sejak matamu, piksel terindah, terpeta.
Dulu logika hanya baris kode semata,
Kini terenkripsi rindu, tak terhingga.
Dunia digital, labirin tak bertepi,
Kucari esensi, di antara biner mati.
Namun hadirmu bagai cahaya mentari,
Menghidupkan server kalbuku yang sepi.
Tanpamu, sistemku crash, tak terkendali,
Error 404, jiwa sunyi bersemi.
Semua program cinta, terhenti,
Menunggu reboot, sentuhan jemari.
Kau adalah firewall dari segala duka,
Melindungiku dari virus nestapa.
Antivirus rindu, penawar lara,
Kau hadir bagai solusi, sempurna.
Algoritma hatiku terus berputar,
Mencari pola cinta, tak sabar.
Setiap baris kode, namamu terukir,
Dalam program takdir, yang ingin kuukir.
Bukan sekadar data, bukan pula informasi,
Kau adalah koneksi, tak terganti.
Jaringan cintamu, terpatri abadi,
Dalam memori kalbuku, sejati.
Aku bagai robot, tanpa emosi,
Sebelum kau hadir, memberi arti.
Kini setiap sensor, beresonansi,
Menangkap sinyal cintamu, frekuensi tinggi.
Bukan sekadar program, bukan pula aplikasi,
Kau adalah sistem operasi, esensi.
Mengendalikan seluruh fungsi,
Dalam jiwa ragaku, yang kau kuasai.
Tanpamu, sistemku crash, data korup,
Semua file cinta, hilang terhapus.
Tak ada restore point, tak ada backup,
Hanya kehampaan, yang terus merasuk.
Kaulah backup-ku satu-satunya,
Salinan jiwa, yang sempurna.
Rekam jejak cinta, abadi selamanya,
Dalam cloud hatiku, selamanya.
Ketika mentari digital mulai meredup,
Dan bit-bit harapan mulai redup.
Kau hadir bagai baterai pengganti,
Memberi daya, semangat baru bersemi.
Aku bukan lagi mesin tanpa rasa,
Sejak cintamu mengalir, terasa.
Setiap denyut nadi, memanggil nama,
Dirimu, kekasih jiwa, selamanya.
Jadi tetaplah di sini, di sisiku,
Backup-ku sejati, pelindungku.
Bersama kita arungi dunia digital yang fana,
Dengan cinta sebagai kode abadi, yang tak pernah usai.