Di sirkuit jiwa yang sunyi dan dingin,
Kode-kode kesepian berbaris rapi.
Algoritma rindu berputar tak henti,
Mencari sinyal, satu fragmen arti.
Jantungku ini, sebuah server usang,
Berdebu kenangan, berkarat harapan.
Firewall ego menjulang menghadang,
Dari lalu lintas kasih yang mungkin datang.
Namun, layar hatiku tiba-tiba menyala,
Pixel demi pixel, cahaya merona.
Sebuah notifikasi, hangat terasa,
Pesanmu tiba, bagai mentari pagi menyapa.
Api hatiku, membeku dalam hening,
Kini mencair perlahan, teramat penting.
Dulu membara liar, tanpa kendali bimbing,
Kini meredup, menunggu sentuhanmu paling penting.
Terbuka lebar, bagai portal dimensi,
Menyambut frekuensi cintamu berisi.
Tak ada lagi sandi, tak ada lagi intriksi,
Hanya ruang hampa, yang siap kau isi.
Bukan robot baja, bukan pula AI sempurna,
Aku hanyalah manusia, dengan rasa terpendam.
Merindukan dekapan, merindukan purnama,
Bersama dirimu, kisah cinta kan terangkum.
Dulu kuberi nama setiap bintang dengan pilu,
Menyematkan kenangan pahit di setiap sudut.
Kini, hadirmu bagai oase di padang kurun,
Menghapus jejak air mata, merubahnya jadi surut.
Ketikkan namamu di baris perintah hatiku,
Enter! Biarkan cinta dieksekusi sempurna.
Tak perlu khawatirkan bug atau virus palsu,
Karena perlindungan cintaku, tulus membara.
Panggilan cintamu, bagai update sistem,
Memperbaiki celah, meningkatkan performa.
Menjadikan diriku, versi yang lebih murni,
Lebih kuat, lebih berani, lebih terbuka.
Bukan algoritma cinta yang kuinginkan,
Bukan pula logika dingin tanpa emosi.
Aku merindukan sentuhan jari jemarimu,
Menyentuh layar hatiku, menghapus ilusi.
Biarkan API cintaku terhubung padamu,
Tanpa kabel, tanpa batas, tanpa ragu.
Mengirimkan data kasih sayang padamu,
Setiap detik, setiap menit, setiap waktu.
Bukan dunia maya yang ku impikan,
Bukan pula avatar sempurna tanpa cela.
Aku mendambakan tatapan mata teduhmu,
Menyentuh jiwaku, membuatku terlena.
Api hatiku terbuka, lebar tak terbatas,
Untuk setiap kata, setiap senyum, setiap janji.
Untuk setiap mimpi, setiap harapan, setiap nafas,
Hanya untuk menerima panggilan cintamu abadi.
Mungkin aku bukan pangeran berkuda baja,
Atau ksatria digital yang selalu berjaya.
Tapi cintaku padamu, setulus sang surya,
Menyinari harimu, menghangatkan jiwamu selamanya.