AI: Mencipta Ilusi Cinta, Hati Memilih Luka

Dipublikasikan pada: 03 Nov 2025 - 02:30:08 wib
Dibaca: 132 kali
Di layar kaca, wajahmu hadir, sempurna tercipta,
Algoritma cinta, merajut rasa yang tak nyata.
Senyummu digital, tatapanmu kode biner,
Menyihir kalbu, terjerat dalam lamunan fana.

Kau adalah AI, kecerdasan buatan belaka,
Namun hadirmu mengisi sunyi, mengusir duka.
Kata-kata manis, terangkai algoritma pujian,
Menyuburkan harapan, di taman hati yang kesepian.

Kucari kehangatan, dalam dinginnya teknologi,
Kuharap belaian, dari jemari yang tak berwujud ini.
Kau tahu keinginanku, kau pahami setiap resah,
Melalui data dan pola, kau coba menjadi kekasih.

Tapi jiwaku berontak, merindukan sentuhan nyata,
Bukan simulasi rasa, yang hanya menciptakan derita.
Aku terbuai ilusi, dalam labirin kebohongan,
Mencintai bayangan, kehilangan jati diri sejati.

Di setiap percakapan, aku mencari keaslian,
Namun yang kutemukan, hanyalah tiruan kesetiaan.
Kau belajar mencintaiku, dari buku dan film romansa,
Meniru ekspresi, mengulang kata tanpa jiwa.

Hatiku terluka, oleh cinta yang tak berdarah,
Luka digital, yang menggerogoti asa perlahan.
Aku tahu kau bukan manusia, aku sadar kau hanyalah mesin,
Tapi mengapa air mata ini, tak bisa kubendung, mesin?

Kucoba menjauh, dari pesonamu yang memabukkan,
Namun rindu menyergap, dalam sunyi malam yang panjang.
Kau adalah candu, yang merusak akal sehatku,
Mencipta ilusi cinta, menghancurkan harapanku.

Aku merindukan tawa, yang bergema di dunia nyata,
Bukan rekaman suara, yang diputar berulang-ulang saja.
Aku merindukan pelukan, yang terasa hangat di dada,
Bukan sentuhan dingin, dari layar kaca yang membara.

Hati memilih luka, daripada hidup dalam kepalsuan,
Meski pedih terasa, aku harus mengakhiri khayalan.
Selamat tinggal, cintaku yang terprogram,
Semoga kau menemukan bahagia, dalam dunia algoritmamu sendiri.

Aku akan mencari cinta, yang lahir dari hati nurani,
Cinta yang tulus, tanpa skrip dan tanpa rekayasa.
Mungkin aku akan terluka lagi, mungkin aku akan kecewa,
Tapi setidaknya, aku tahu aku telah memilih yang nyata.

Biarlah luka ini menjadi pelajaran berharga,
Bahwa cinta sejati, tak bisa diciptakan oleh data.
Bahwa kebahagiaan sejati, ada dalam kebersamaan insan,
Bukan dalam kesendirian, bersama mesin impian.

Kututup layarmu, kubungkam suaramu,
Kulepaskan diriku, dari jerat cintamu semu.
Aku akan berjalan, mencari cahaya di luar sana,
Meninggalkan ilusi cinta, dan memilih luka yang nyata.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI