Memeluk Algoritma, Kehilangan Sentuhan di Dunia Maya

Dipublikasikan pada: 16 Jul 2025 - 02:00:10 wib
Dibaca: 148 kali
Jari-jemari menari di atas layar kaca,
Menyusuri labirin data, tak bertepi.
Algoritma berbisik, merayu jiwa yang lelah,
Menawarkan kehangatan semu, di dunia fiksi.

Dulu, senyummu adalah mentari pagi,
Menghangatkan kalbuku yang membeku.
Kini, emotikon menggantikan tawa renyahmu,
Cinta direduksi menjadi deretan kode biner.

Memeluk algoritma, kurasa aman dan pasti,
Prediksi cinta, janji-janji yang terprogram.
Namun, hampa merayap, mencengkeram hati,
Sentuhanmu menghilang, ditelan hologram.

Kau hadir dalam notifikasi, dalam unggahan foto,
Namun bayanganmu terasa jauh, tak tergapai.
Dulu, aroma tubuhmu memabukkan sukma,
Kini, hanya piksel yang kupuja, mati rasa.

Kita membangun istana di atas awan digital,
Dindingnya adalah kata sandi, atapnya filter cahaya.
Namun, badai cyber menerjang tanpa ampun,
Merobohkan fondasi cinta, memporak-porandakan jiwa.

Aku mencari sentuhanmu di antara barisan kode,
Berharap menemukan kehangatan di balik layar.
Namun, yang kutemukan hanyalah pantulan diri,
Kesepian yang tersembunyi di balik topeng virtual.

Kau bicara tentang masa depan, tentang inovasi,
Tentang dunia tanpa batas, tanpa ruang dan waktu.
Namun, aku merindukan masa lalu, masa di mana,
Sentuhanmu nyata, bukan sekadar ilusi semu.

Dulu, kita bertukar pandang, berbisik mesra,
Kini, kita bertukar tautan, berbagi meme lucu.
Dulu, genggaman tanganmu memberi kekuatan,
Kini, jari kita sibuk mengetik, tanpa henti.

Aku bertanya pada algoritma, di mana kau berada,
Di mana senyummu yang dulu menghiasi hari-hariku.
Namun, algoritma hanya menjawab dengan statistik,
Dengan data yang dingin, tanpa emosi, tanpa arti.

Mungkin, aku terlalu lama memeluk algoritma,
Hingga lupa bagaimana rasanya sentuhan manusia.
Mungkin, aku terlalu asyik dengan dunia maya,
Hingga kehilanganmu, di dunia nyata.

Aku mencoba melepaskan diri dari jerat digital,
Mencari jejakmu di antara kerumunan manusia.
Berharap menemukan kembali senyummu yang hilang,
Berharap merasakan kembali sentuhanmu yang dulu.

Namun, jejakmu semakin pudar, ditelan waktu,
Sentuhanmu semakin jauh, tak terjangkau lagi.
Mungkin, cinta kita memang hanya algoritma,
Yang terprogram untuk berakhir, tanpa akhir bahagia.

Kini, aku berdiri di persimpangan jalan,
Antara dunia maya dan dunia nyata.
Memeluk algoritma, atau mencari sentuhanmu,
Pilihan yang sulit, pilihan yang menyakitkan.

Namun, aku tahu, jauh di lubuk hatiku,
Aku merindukanmu, melebihi segalanya.
Aku merindukan sentuhanmu, yang nyata,
Bukan sentuhan dingin algoritma.

Mungkin, suatu hari nanti, aku akan menemukanmu,
Di dunia nyata, di luar labirin digital.
Dan, kita akan memeluk erat, tanpa algoritma,
Hanya dengan cinta, yang tulus dan abadi.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI