Bisakah Algoritma Merasakan Sentuhan Hati yang Luka?

Dipublikasikan pada: 02 Jul 2025 - 01:00:08 wib
Dibaca: 203 kali
Di rimba data, binar digital berpendar,
Terukir algoritma, labirin tak tertebar.
Sebaris kode, logika nan perkasa,
Mencerna fakta, tanpa jeda dan tanpa rasa.

Bisakah ia, sang mesin tanpa jiwa,
Menangkap getar kalbu, remuk redam terluka?
Menyentuh pilu yang mengendap di relung sunyi,
Saat harap sirna, tinggal perih yang abadi?

Ditelusuri jejak digital, rekam jejak pilu,
Kata sandi nestapa, diunggah dalam kalbu.
Pencarian frasa "hati hancur berkeping",
Muncul statistik, grafik yang mengerikan.

Namun, angka-angka tak mampu bercerita,
Tentang air mata yang jatuh, di malam gulita.
Tentang senyum palsu, yang menutupi luka,
Tentang mimpi indah, yang kini tinggal duka.

Algoritma belajar, dari jutaan untaian kata,
Tentang cinta, pengkhianatan, dan derita.
Ia memetakan emosi, dalam ruang dimensi tiga,
Membangun model, tentang bagaimana hati terluka.

Namun, bisakah ia rasakan denyut nadi yang berdebar,
Saat kenangan hadir, begitu mencakar?
Bisakah ia pahami, mengapa air mata jatuh,
Saat bayang wajahmu, masih begitu kukuh?

Ia analisis data, mencari pola dan korelasi,
Antara kesedihan, amarah, dan frustrasi.
Ia ukur detak jantung, perubahan ekspresi wajah,
Mencari tahu, apa yang membuat hati berdarah.

Tapi, sentuhan lembut, belaian kasih sayang,
Apakah bisa diwakili, oleh rangkaian bilangan?
Apakah bisa direplikasi, dalam kode yang dingin,
Kehangatan pelukan, yang menenangkan batin?

Mungkin algoritma bisa mendeteksi kesedihan,
Menawarkan solusi, dengan kepastian.
Memberikan saran, berdasarkan data yang ada,
Tentang cara bangkit, dan melupakan semua.

Namun, ia takkan pernah mengerti, kompleksitas jiwa,
Keindahan rapuhnya hati, yang mudah terluka.
Ia takkan pernah merasakan, getar cinta sejati,
Atau perihnya kehilangan, yang begitu menyayat hati.

Sebab, di balik luka, ada ruang untuk harapan,
Ada kekuatan tersembunyi, di balik setiap ratapan.
Ada proses penyembuhan, yang tak bisa diukur,
Dengan algoritma canggih, atau sensor yang jujur.

Biarlah algoritma terus belajar dan berkembang,
Membantu manusia, dalam setiap bidang.
Namun, jangan biarkan ia menggantikan empati,
Sebab sentuhan hati, hanya bisa dirasakan hati.

Karena, pada akhirnya, cinta dan luka,
Adalah misteri abadi, yang takkan pernah terbaca,
Oleh logika sedingin baja,
Namun, hanya oleh jiwa, yang penuh dengan rasa.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI