Cinta: Algoritma Usang, Sentuhan di Era Transhumanisme

Dipublikasikan pada: 15 Jun 2025 - 03:45:08 wib
Dibaca: 153 kali
Di layar retina, wajahmu berpendar,
Pixel demi pixel, rindu terlempar.
Jari menari di atas kaca dingin,
Menyentuh ilusi, bukan hadirmu yang batin.

Dulu, cinta adalah surat bertinta,
Menunggu jawaban, penuh harap dan pinta.
Kini, notifikasi berkedip menggoda,
Janji instan, bahagia seketika.

Namun, algoritma asmara kini usang,
Tak mampu menerjemahkan debar yang terpendam.
Kode-kode logika tak bisa memahami,
Sentuhan jiwa yang merindukan arti.

Kita hidup di era transhumanisme,
Di mana tubuh adalah kanvas, jiwa mekanisme.
Implan terpasang, neuron terhubung,
Namun hati tetaplah misteri terbungkus.

Aku mencoba mendekatimu dalam dunia maya,
Membuat avatar, sempurna tanpa cela.
Menyusun kata-kata, diksi berirama,
Agar kau terpesona, jatuh cinta padaku segera.

Tapi, di balik filter dan efek cahaya,
Kau mencari sesuatu yang tak bisa kuraih dengan daya.
Kau merindukan kehangatan mentari pagi,
Bukan kilau artifisial, buatan teknologi.

Sentuhanmu kini adalah getaran haptic,
Mensimulasikan pelukan, terasa sintetik.
Ciuman virtual, bibir digital,
Menggantikan hangatnya dekap yang natural.

Aku bertanya pada diriku sendiri,
Apakah cinta masih mungkin di era ini?
Ketika empati tereduksi jadi data,
Dan keintiman terukur dalam metadata.

Mungkin kita harus belajar lagi dari awal,
Melupakan kemudahan, merangkul yang abadi dan kekal.
Mencari makna di balik kode biner,
Menemukan esensi diri yang sejati, benderang bersinar.

Mungkin kita harus kembali ke taman,
Merasakan rumput di bawah kaki, di pagi hari yang nyaman.
Mendengarkan suara burung, bukan dering ponsel,
Menatap matamu langsung, tanpa layar yang mengganjal.

Aku ingin merasakan sentuhanmu yang nyata,
Bukan simulasi, bukan ilusi semata.
Aku ingin mendengar detak jantungmu berdebar,
Bukan suara notifikasi yang terus mengejar.

Biarlah algoritma cinta menjadi usang,
Biarlah era transhumanisme terus berkembang.
Aku akan mencari cara untuk menembus batas,
Menemukanmu di dunia nyata, tanpa harus terjerat.

Karena cinta sejati tak bisa diprogram,
Ia hadir dari hati, murni dan mendalam.
Ia adalah anomali dalam dunia digital,
Sebuah sentuhan jiwa, abadi dan vital.

Di era transhumanisme, aku mencari dirimu,
Bukan avatar, bukan replika, tapi kamu.
Dengan segala kekurangan dan kelebihan,
Dalam pelukan nyata, tanpa perantara mesin.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI