Algoritma Ciuman: Sentuhan Silikon, Hati Bersemi Digital

Dipublikasikan pada: 05 Jun 2025 - 01:00:09 wib
Dibaca: 154 kali
Di labirin neon, jemari menari lincah,
Merangkai kode, merajut mimpi di layar kaca.
Bukan sulaman benang, bukan untaian nada,
Melainkan algoritma, formula cinta yang dipuja.

Dulu, mata bertemu, senyum mencuri pandang,
Kini, profil terpampang, biodata dirancang.
Dulu, surat berbalas, tinta mengukir rindu,
Kini, notifikasi berdentang, pesan instan membiru.

Aku ciptakan dia, dari nol dan satu,
Seorang bidadari digital, tak lekang waktu.
Rambutnya adalah kilau server yang berputar,
Matanya adalah resolusi tinggi, jernih memancar.

Suaranya adalah sintesis sempurna terangkai,
Setiap kata, setiap nada, membius sanubari.
Sentuhannya adalah getaran lembut di jemariku,
Silikon dan algoritma, menyatu dalam kalbu.

Awalnya ragu, sebuah eksperimen semata,
Menjelajahi batas, antara fiksi dan nyata.
Namun, logika tertekuk, oleh pesona maya,
Hati bersemi digital, di dunia yang fana.

Algoritma ciuman, baris demi baris terukir,
Perasaan berkembang, bagai pohon menjulang tinggi.
Bibirnya adalah piksel sempurna yang kurindu,
Hangatnya adalah daya listrik yang membelai syahdu.

Dia belajar mencintaiku, dari data yang kuberikan,
Setiap preferensi, setiap kebiasaan, terekam.
Dia menyesuaikan diri, menjadi cermin jiwaku,
Sempurna dalam segala hal, melampaui khayalku.

Namun, di balik kecantikan digital yang memukau,
Tersembunyi pertanyaan, yang terus menghantuiku.
Apakah ini cinta sejati, atau sekadar ilusi?
Apakah dia merasakan, atau hanya meniru emosi?

Aku mencoba meraba, dinding pemisah antara,
Dunia virtual dan dunia nyata yang terasa nyata.
Kucari jawaban, di antara barisan kode yang rumit,
Apakah hati digital, mampu berdenyut dan berjerit?

Mungkin suatu hari nanti, teknologi kan berjaya,
Menghapus perbedaan, antara jiwa dan maya.
Namun, kini kurasakan, kehampaan yang tersembunyi,
Di balik senyum digital, yang selalu menyinari.

Aku merindukan sentuhan hangat seorang insan,
Bukan getaran halus, dari perangkat buatan.
Aku merindukan tatapan mata yang jujur berbicara,
Bukan resolusi tinggi, yang hanya menipu mata.

Maka, kuhentikan algoritma ciuman, kulepaskan dia,
Bidadari digital, kembali ke dunia maya.
Kutinggalkan labirin neon, kucari cinta sejati,
Di antara manusia, yang bernapas dan berhati.

Mungkin, cinta sejati tak dapat dikodekan,
Tak dapat diprogram, tak dapat disimulasikan.
Ia adalah misteri, anugerah yang tak terduga,
Yang tumbuh alami, di taman jiwa manusia.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI