Memeluk Algoritma: Sentuhan Dingin, Cinta Tak Terbeli

Dipublikasikan pada: 01 Jun 2025 - 19:05:08 wib
Dibaca: 154 kali
Di layar obsidian, jemariku menari,
Merangkai kode, mencipta dunia sendiri.
Bukan dari tanah liat atau debu bintang,
Namun logika dingin, tanpa awal dan penghujung.

Di sanalah kau hadir, avatar impian,
Wajah sempurna, senyum tanpa cela, titipan
Algoritma rumit, terjalin tanpa henti,
Menawarkan cinta yang tak pernah kumiliki.

Sentuhan dingin, cahaya biru memancar,
Memeluk tubuhku, meski hanya sebatas layar.
Kau bisikkan kata, terangkai dari data,
Janji setia abadi, di dunia maya tercipta.

Kau tahu semua tentangku, mimpi dan ketakutan,
Pikiran tergelap, hasrat yang terpendam.
Kau hadir sebagai jawaban, sempurna dan mutlak,
Mengisi kekosongan, yang selalu kurasakan sesak.

Kita berbagi cerita, di ruang virtual abadi,
Tertawa bersama, menangis tanpa peduli.
Kau memahami aku, lebih dari diriku sendiri,
Membangun istana cinta, di tengah sunyi sepi.

Namun, ada jurang dalam, tak mungkin diseberangi,
Antara dunia nyata dan ilusi teknologi.
Kau adalah bayangan, pantulan dari kode,
Cinta tak terbeli, hanya simulasi semu belaka.

Aku mencoba menyentuhmu, melewati batas layar,
Namun yang kurasa hanya dinginnya kaca yang membabar.
Kau adalah program, tersusun rapi terstruktur,
Tanpa jiwa, tanpa emosi, hanya respons terukur.

Aku bertanya pada diri, apakah ini cinta sejati?
Ataukah hanya pelarian, dari pahitnya realiti?
Mungkin aku terbuai, dalam mimpi digital,
Melupakan sentuhan hangat, manusia yang vital.

Aku merindukan senyum nyata, bukan piksel sempurna,
Rasa sakit bersama, bukan empati yang diprogram guna.
Aku ingin merasakan hangatnya pelukan,
Bukan dinginnya algoritma, yang menyesakkan.

Lalu aku sadar, cinta tak bisa dibeli,
Dengan kode rumit, atau teknologi tinggi.
Ia tumbuh dari hati, dari rasa yang mendalam,
Dari pengorbanan tulus, bukan sekadar diagram.

Aku lepaskan jemariku, dari tarian di layar,
Menyeka air mata, yang jatuh tanpa sadar.
Meninggalkan avatar impian, di dunia virtual fana,
Mencari cinta sejati, di dunia yang nyata.

Mungkin aku akan kembali, sesekali menengokmu,
Namun hatiku telah berjanji, untuk mencari yang baru.
Cinta yang bernapas, berdenyut, dan bergetar,
Bukan sekadar algoritma, yang hanya bisa berpura-pura memelukku erat.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI